CARA MENGHITUNG KONDUKTOR (KABEL LISTRIK) Part 01

CARA HITUNG KONDUKTOR – ILMUKABEL.COM

Cara menghitung konduktor untuk kabel listrik tidaklah sulit, selama anda mengetahui beberapa hal dasar tentang konduktor.

ACSR_ilmukabel

Berikut ini akan kita bahas cara – cara perhitungan konduktor meliputi :

  1. Cara Menghitung Diameter Konduktor
  2. Cara Menghitung Perbandingan Pilinan (Lay Ratio)
  3. Cara Menghitung Luas Penampang Konduktor
  4. Cara Menghitung Tahanan Konduktor
  5. Cara Menghitung Berat Konduktor

Namun sebelum melangkah dalam perhitungan, anda harus mengetahui dasar – dasar secara umum dan singkat terlebih dahulu supaya lebih mudah memahami saat melakukan perhitungan :

DASAR DASAR KONDUKTOR

KAWAT (Wire)

Konduktor listrik terdiri dari satu atau beberapa susunan kawat. Material kawat yang baik sebagai penghantar dan biasa digunakan adalah material Tembaga dan Aluminum.

Bentuk kawat disini adalah berbentuk bulat (round), dan ukuran pada kawat menggunakan ukuran diameter (satuan “mm” atau “inch”). Ukuran kawat terkecil mulai dari 0.5 mm sampai dengan 4.60 mm. (untuk konduktor fleksibel diameter kawat bisa lebih kecil yaitu dari 0.20 mm hingga 0.60 mm) dengan ketelitian mencapai 1/100 (0.01) s.d 1/1000 (0.001).

Kawat Tembaga (Cu)            Kawat Aluminum (Al Wire)

Berat jenis kawat Tembaga (Copper / Cu) adalah 8.9 kg/dm3 dan Aluminum ( Al ) 2.70 kg/dm3

Serta Resistivity Cu =  17.242 ohm.mm2/km dan Resistivity Al = 28.264 ohm.mm2/km

Parameter di atas akan digunakan untuk menghitung berat dan tahanan konduktor nanti.

SUSUNAN KAWAT / JUMLAH KAWAT

Susunan kawat atau konstruksi yang sering dipakai oleh Pabrikan kabel (Cable Manufacturer) adalah :

1+6 = 7

1+6+12 = 19

1+6+12+18 = 37

1+6+12+18+24 = 61, hingga konstruksi konduktor yang lebih besar lagi yaitu

1+6+12+18+24+30 = 91 kawat

1+6+12+18+24+30+36 = 127 kawat

Berikut adalah contoh ilustrasi konstruksi konduktor 1+6+12+18 = 37 yang terdiri dari 3 layer / lapisan

LAYER KONDUKTOR

Salah satu contoh penulisan konstruksi misalnya konduktor Round (Rm) dengan size 120 mm2 : 1+6+12 x 1.99 – 2.00 mm ini menunjukkan konduktor dengan konstruksi 19 kawat dengan diameter kawat minimum 1.99 mm dan maksimum 2.00 mm dengan ketelitian 0.01 mm.

Sejauh ini masih gampang kan ?, ok kita teruskan…..

PANJANG PILINAN (LAY LENGTH)

Proses pembuatan konduktor adalah melalui Proses Stranding, yaitu proses memilin/memutar beberapa kawat ke arah aksial (sumbu X) menggunakan mesin Stranding.

Proses ini akan membentuk apa yang disebut Pilinan. Setiap lapisan/layer hasil pilinan mempunyai panjang pilinan yang berbeda – beda. Istilah lain Panjang Pilinan adalah Lay Length atau Stranding Pitch. Contoh panjang pilinan misalnya 75 mm, 100, s.d 350 mm. Untuk mempermudah penentuan lay length, dapat ditentukan dengan istilah Lay Ratio (Perbandingan Pilinan).

PANJANG PILINAN

Satu pilinan dihitung mulai dari satu puncak ke puncak berikutnya, atau dari dasar ke dasar berikutnya.

Contoh, konstruksi kawat 1+6+12 berarti mempunyai 2 lapisan/layer, yaitu :

Layer ke 1 = 1+6 dengan Lay length misal 116 mm

Layer ke 2 = 12 kawat dengan lay length misal 165 mm

PERBANDINGAN PILINAN (LAY RATIO)

Supaya panjang pilinan suatu lapisan/layer pada konduktor dapat lebih seimbang dengan pertambahan diameter konduktor dengan lapisan berikutnya, maka diperlukan ratio antar layer tersebut. Rumus LAY RATIO = LAY LENGTH / DIAMETER KONDUKTOR

Contoh : Diameter konduktor 20 mm, Lay length 220 mm, maka LAY RATIO = 220 / 20 = 11D

Pada Standard SPLN 41-8 untuk Bare Conductor/Overhead Conductor (misal AAAC) disebutkan Perbandingan Pilinan suatu lapisan atau layer tidak boleh lebih besar dari lapisan berikutnya atau dengan kata lain harus bertingkat.

Contoh : Konduktor AAAC 150 mm2  (Rm) 1+6+12+18 x 2.25 mm, berarti konduktor mempunyai 3 lapisan yaitu layer 1 = 1+6, layer 2 = 12, dan layer 3 = 18 kawat dengan diameter tiap lapisan/layer adalah 6.75 mm, 11.25 mm, 15.75 mm. Lay length tiap layer adalah 104, 146, 180 mm. Dengan rumus di atas maka akan dihasilkan Lay ratio tiap layer sebesar 15.4 D, 13.0 D, 11.4 D (104/6.75, 146/11.25, 180/15.75). 

Semakin ke arah lapisan terluar, maka lay ratio semakin kecil namun panjang pilinan akan semakin panjang.

 ARAH PILINAN {KIRI/LEFT (S) & KANAN/RIGHT (Z)}

Arah pilinan atau Lay Direction adalah ke arah kiri dan kanan. Namun dalam standard tidak disebutkan Kiri atau Kanan, melainkan S : untuk arah Kiri & Z : untuk arah Kanan. Mengapa demikian ? ini ada maksudnya. Coba anda lihat pada gambar konduktor di bawah ini, perhatikan arah kawat, kurang lebih segaris dengan arah huruf di bagian tengahnya.

Ini berfungsi untuk menghindari penafsiran arah lay length. Silahkan anda gambar bentuk huruf Z di atas gambar konduktor sebelah kiri, dan sebaliknya, tentunya akan bertabrakan bukan ?

Dengan bantuan huruf ini, maka kita tidak akan terbalik mentukan atau melihat arah lay length suatu konduktor. Meski anda mencoba membolak balik konduktor hasilnya tetap sesuai dengan arah huruf tersebut. Mulai sekarang jangan sampai salah lagi ok ?…

Arah Lay length

Setelah anda memahami satu persatu dasar tersebut, saya berikan satu contoh konstruksi lengkapnya sebagai berikut :

Size 185 mm2 Rm (Al) Konstruksi : 1+6 (113) (R) +12 (175) (L) + 18 (210) (R) atau 1+6 (113) (Z) +12 (175) (S) + 18 (2210) (Z) x 2.48 – 2.49 mm

Penjelasannya adalah :

Type konduktor adalah Round (Rm), ukuran penampang konduktor 185 mm2, konstruksi 3 layer (layer 1,2,3) , mempunyai panjang pilinan 113/175/210 mm, mempunyai arah pilinan Kanan/Kiri/Kanan (R/L/R) atau (Z/S/Z) dengan diameter kawat min 2.48 dan max 2.49 mm.

Bagaimana, sudah cukup jelas ??? jika belum jelas, silahkan anda cuci muka dulu ha… ha… ha…baca sekali lagi, dan jika sudah cukup jelas, kita lanjut ke perhitungan, SIAPP… ?/?@#

Here we go…..

CARA MENGHITUNG DIAMETER KONDUKTOR BULAT/ROUND (Rm)

Untuk menghitung konduktor type Bulat/Round (Rm), cukup mudah, anda hanya perlu mengetahui diameter kawat, dan konstruksi kawatnya.

Contoh 1 : diketahui diameter kawat = 2.0 mm, konstruksi 1+6. Berapa diameter konduktornya ?

Jawab : 2.0 x 3 kawat sejajar sumbu X (lihat contoh gambar), 2.0 x 3 = 6, maka dia. Konduktor adalah 6.0 mm.

Penampang Kawat

Contoh 2 : 1+6+12 x 2.0 mm, maka diameter konduktor untuk layer 1 adalah 2.0 x 3 = 6 dan layer 2 adalah 2.0 x 5 = 10 mm

Rumus cepat untuk menghitungnya adalah dengan cara mengalikan 2 kawat berikutnya dengan urutan/kelipatan sebagai berikut :

Layer 1 = Diameter kawat x 3

Layer 2 = Dia kawat x 5

Layer 3 = Dia kawat x 7

Layer 4 =……anda jawab sendiri yaa….masa sih ga bisa ?? dan seterusnya dengan kelipatan yang sama.

Untuk latihan, silahkan anda hitung !!!

  1. berapa diameter konduktor tiap layer jika diketahui diameter kawat 3.0 mm dengan konstruksi 61 kawat ?
  2. berapa Panjang Lay length tiap layer jika diketahui perbandingan pilinan berturut turut adalah 15 D, 14D, 13D, 12D ?

Silahkan tulis hasil perhitungan anda dengan menuliskannya di “Comment” atau “Leave a Reply”….

CARA MENGHITUNG LUAS PENAMPANG KONDUKTOR

Di beberapa artikel kami temui mempunyai rumus yang kurang tepat yaitu menghitung dengan rumus Luas Lingkaran.

Berikut ini kami berikan langkah yang lebih akurat yaitu dengan menghitungnya satu persatu mulai dari luas penampang wire, jumlah kawat, serta konstruksinya. Dari situ barulah kita dapat menghitung keseluruhan luas penampang dari suatu konduktor, atau biasanya disebut Size Konduktor dalam mm2…………….

penasaran ?#@………read more in PART 02 (Cara Menghitung Penampang Konduktor)

RM 02

Bonus : Download Standard SPLN 41-8 (AAAC) di Free PDF File kami (sangat bermanfaat untuk mengetahui Size konduktor, Standard Lay Ratio, Pengujian dll. Free…..!!!)

Setiap artikel Insya Allah akan diupdate setiap 2 minggu sekali, so pastikan anda mengunjungi kami kembali, thanks

Share this article….

ILMUKABEL LIVE LOGO